
Halo, Hari kedua perjalanan saya di Labuan Bajo menjadi salah satu momen paling ditunggu: hari ketika saya akhirnya bisa bertemu langsung dengan Komodo — reptil purba khas Indonesia yang hanya bisa ditemukan di beberapa pulau seperti Komodo, Rinca, dan Padar.
Perjalanan Menuju Habitat Komodo
Perjalanan kami dimulai dari Pelabuhan Labuan Bajo dengan menggunakan speed boat selama kurang lebih 90 menit. Sepanjang perjalanan, pemandangan lautan yang jernih dan deretan pulau hijau seperti negeri dongeng membuat kami takjub.
Kami sempat singgah di Pulau Padar terlebih dahulu. Pulau ini memiliki lanskap yang menakjubkan, dengan perbukitan hijau yang kontras dengan laut biru. Setelah mendaki bukit untuk menikmati panorama dari ketinggian, perjalanan kami lanjutkan ke Taman Nasional Komodo.
Menyusuri Taman Nasional Komodo
Setibanya di dermaga Pulau Komodo, kami disambut gerbang bertuliskan Taman Nasional Komodo – Warisan Dunia. Saat itu, sempat beredar kabar bahwa taman nasional ini akan ditutup sementara oleh pemerintah daerah. Untungnya, saat kami tiba, kawasan ini masih dibuka untuk umum. Jika pun nanti ada penutupan, Pulau Rinca masih bisa menjadi alternatif untuk melihat Komodo.
Sebelum memasuki kawasan, kami mengikuti sesi pengarahan oleh seorang ranger bernama Pak Harmon. Beliau menjelaskan berbagai aturan, termasuk larangan membawa pulang benda apapun dari pulau, membuang sampah, hingga pentingnya menjaga jarak dengan Komodo. Perempuan yang sedang menstruasi juga disarankan tidak ikut karena Komodo memiliki indra penciuman yang sangat tajam terhadap darah.
Trekking dan Bertemu Komodo
Taman Nasional Komodo menyediakan beberapa jalur trekking, mulai dari yang singkat hingga panjang. Kami memilih jalur pendek. Beruntung, belum sampai 10 menit berjalan, kami sudah bertemu dengan empat ekor Komodo: tiga jantan dan satu betina. Ukurannya besar, sekitar 2,5–3 meter. Mereka sedang beristirahat di bawah pepohonan dekat sumber air buatan.
Pak Harmon memberi tahu kami untuk tidak terlalu dekat saat mengambil foto, karena Komodo merupakan hewan liar yang memiliki air liur beracun dan mengandung bakteri mematikan. Teknik berburu mereka sangat efisien: cukup menggigit mangsa lalu menunggu hingga lemah atau mati.
Kisah Unik Anak Komodo
Setelah menetas, anak Komodo langsung memanjat pohon untuk menghindari predator — termasuk Komodo dewasa. Mereka akan tinggal di atas pohon selama dua hingga tiga tahun sebelum turun dan hidup seperti Komodo dewasa. Jenis kelamin anak Komodo sendiri ditentukan oleh suhu di sarang saat telur menetas.
Tips Berfoto Aman dengan Komodo
Ingin foto keren bareng Komodo? Pak Harmon punya trik: cukup berjongkok sekitar dua meter di belakang Komodo, lalu ia akan mengambil foto dari sudut tertentu sehingga tampak kita sangat dekat, padahal tetap aman. Hasilnya? Foto yang tampak dramatis, namun tetap memperhatikan keselamatan.
Menikmati Suasana Pantai dan Bertemu Satwa Lain
Usai trekking, kami mengunjungi area suvenir di dekat pantai. Banyak kerajinan unik seperti miniatur Komodo, perhiasan, dan kaus. Kami juga mampir ke kedai untuk menikmati kelapa muda. Saat itu, saya sempat melihat babi hutan dan rusa yang tampaknya terluka. Suasana alam liar yang benar-benar menyatu.
Uniknya, anak kecil di sana sedang asyik menonton video K-pop — membuktikan bahwa sinyal internet cukup baik di pulau ini!
Melanjutkan Perjalanan ke Pink Beach
Setelah puas berpetualang di Pulau Komodo, kami pun kembali ke kapal untuk menuju destinasi berikutnya: Pink Beach. Saya merasa sangat beruntung bisa menyaksikan langsung Komodo di habitat aslinya. Semoga hewan purba ini tetap lestari, dan alam Labuan Bajo terus dijaga kelestariannya.