Candi Cangkuang: Arsitektur Unik dan Pemugarannya yang Mengungkapkan Sejarah Abad Ke-8

 Lokasi dan Latar Belakang

Candi Cangkuang merupakan candi Hindu yang terletak di Kampung Pulo, wilayah Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Candi ini dikenal sebagai candi Hindu pertama yang ditemukan di tanah Sunda, sekaligus satu-satunya candi Hindu yang ada di wilayah tersebut.

Candi ini adalah peninggalan dari Kerajaan Galuh, kerajaan Sunda pertama yang pernah berdiri. Meski bercorak Hindu, di sekitar lokasi candi juga terdapat makam Embah Dalem Arief Muhammad, seorang pemuka agama Islam yang dihormati sebagai leluhur masyarakat Desa Cangkuang.

Nama “Cangkuang” sendiri diambil dari nama tanaman sejenis pandan yang banyak tumbuh di sekitar makam tersebut.

🕰️ Sejarah Penemuan

Penemuan Candi Cangkuang bermula pada tahun 1966, ketika tim peneliti Harsoyo dan Uka Candrasasmita melakukan pencarian berdasarkan laporan Vorderman yang terbit pada tahun 1893. Dalam laporan itu disebutkan adanya arca rusak dan makam Arief Muhammad di daerah Leles.

Candi ini diperkirakan berasal dari abad ke-8 dan berfungsi sebagai tempat pemujaan Dewa Siwa serta dewa-dewa lainnya dalam ajaran Hindu.

Penelitian dilanjutkan pada tahun 1967 dan 1968, di mana para peneliti menemukan reruntuhan batu dan sebuah arca Siwa dalam posisi duduk bersila, serta makam kuno di dekatnya.

🛠️ Proses Pemugaran

Pemugaran Candi Cangkuang dilakukan pada tahun 1974–1975, dan rekonstruksinya dimulai satu tahun kemudian. Saat pemugaran, ditemukan kembali batu-batu asli candi, termasuk bagian-bagian kaki candi yang sebelumnya tersebar.

🏛️ Bentuk Bangunan

Candi Cangkuang dibangun di atas lahan berbentuk persegi empat dengan ukuran 4,7 x 4,7 meter dan tinggi dasar 30 cm. Kaki candi berukuran 4,5 x 4,5 meter dan tinggi 1,37 meter. Di sisi timur, terdapat tangga masuk sepanjang 1,5 meter dan lebar 1,26 meter.

Tubuh candi berbentuk persegi empat dengan ukuran 4,22 x 4,22 meter dan tinggi 2,49 meter. Pintu masuk terletak di sisi utara.

Puncak candi terdiri atas dua tingkat, dengan ruangan di dalam berukuran 2,18 x 2,24 meter dan tinggi 2,55 meter.

🗿 Arca dan Artefak

Di antara sisa reruntuhan, ditemukan arca dalam posisi bersila dengan kepala sapi (nandi) di depan kaki kirinya—simbol kendaraan Dewa Siwa. Arca ini diyakini sebagai arca Siwa, meskipun dalam kondisi tidak utuh; bagian wajahnya sudah datar dan tangan hingga pergelangan sudah hilang.

Arca tersebut juga dilengkapi ornamen seperti penghias perut, dada, dan telinga.

 

Related Posts

Cipanas, Warisan Budaya dan Alam Garut yang Menyegarkan dan Memikat

Garut, sebuah kota kecil yang kaya akan alam, budaya, dan sejarah, menawarkan banyak destinasi menarik bagi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Salah satu ikon utamanya adalah Cipanas, sebuah kawasan pemandian…

Nikmati Air Panas dan Alam Tenang di Pemandian Ciengang Garut

Perpaduan Relaksasi dan Terapi di Tengah Alam Garut Garut, sebuah kota di Jawa Barat yang dikenal dengan keindahan alamnya, menawarkan beragam destinasi wisata alam, termasuk pemandian air panas. Salah satu…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You Missed

Cipanas, Warisan Budaya dan Alam Garut yang Menyegarkan dan Memikat

Cipanas, Warisan Budaya dan Alam Garut yang Menyegarkan dan Memikat

Nikmati Air Panas dan Alam Tenang di Pemandian Ciengang Garut

Nikmati Air Panas dan Alam Tenang di Pemandian Ciengang Garut

5 Lokasi Pemandian Air Panas di Garut yang Menyegarkan dan Menenangkan

5 Lokasi Pemandian Air Panas di Garut yang Menyegarkan dan Menenangkan

Pantai Rancabuaya Garut: Akses Mudah, Fasilitas Lengkap, dan Keindahan Alam yang Memikat

Pantai Rancabuaya Garut: Akses Mudah, Fasilitas Lengkap, dan Keindahan Alam yang Memikat

Wisata Alam Hits di Garut! Kamojang Ecopark Tawarkan Camping + Cafe Estetik

Wisata Alam Hits di Garut! Kamojang Ecopark Tawarkan Camping + Cafe Estetik

Camping di Pantai Guha Garut: Menikmati Sunset dan Stargazing

Camping di Pantai Guha Garut: Menikmati Sunset dan Stargazing